Powered By Blogger

Kamis, 24 Februari 2011

Short Story of Kebon Gulo

35 hari yang awalnya hanya sebuah ulat menjijikan yang sangat tak berarti hingga bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah yang akhirnya terbang tinggi meninggalkan kepompong.

Waktu yang terasa sangat singkat hingga akhirnya bertemu pada fase "sampai jumpa". Banyak cerita yang mungkin "simple but meaning". Mulai dari perbedaan para individu yang satu dengan yang lainnya yang berimbas pada perbedaan sudut pandang.

Tawa bahagia penuh keceriaan, marah amarah saat memerah, cercaan memaki tanpa emosi, hingga haru biru saat hari terakhir.

Memang pada awalnya saya sama sekali tidak merasakan minat untuk program yang biasa disebut KKN. Apalagi harus serumah dengan mereka yang awalnya saya tidak sama sekali mengenal mereka, dan juga bayangan akan sebuah desa yang jauh dari peradaban yang pastinya akan membosankan. Namun, itulah kewajiban yang harus kami jalankan selaku mahasiswa universitas negeri.

Hari-hari di minggu awal memang berjalan lambat seolah ada konspirasi besar antara detak waktu dengan setiap kebosanan. Minggu awal memang hanya sebuah adaptasi besar, antara hingar bingar lampu kehidupan kota dengan sunyi senyap gelap kesederhanaan pedesaan.

Mulai minggu-minggu berikutnya berjalanlah kami bersama dengan penuh keceriaan dengan memulai obrolan ringan mulai dari curhatan mereka tentang lawan jenis, kangen rumah, bahkan hingga obrolan yang menurut saya sangat berat dari sang pendakwah seorang akhwat. Warna warni memang, mulai dari yang kotor hitam busuk hingga putih bersih suci ada saat itu.

Saya akan merindukan saat bangun pagi narik selimut, susu murni panas, makan di meja makan bersama, obrolan malam yang sering kotor kadang bersih (hahahahaha), liga UNO yang berniai harga diri, mandi di pagi dan malam hari yang sama-sama dingin, nyuci piring di dapur, bersama-sama mendengkur saat tidur, nimba air jikalau air habis, menggoda seorang akhwat ahli surga yang tidak mau disentuh yang bukan mukhrim (hahahahaha), jalan bersama dengan bantuan senter pada malam hari, jogging yang tidak kesampean (ahahaha), bersama-sama kehujanan di atas mobil pick up dari cangkringan, keramahan dan keserhanaan masyarakat desa, sapaan dan teguran khas, masuk ke TK yang penuh keceriaan, ngajar di SD sesuai mood, banyaknya pengajian sana sini (jarang ikut..haha), mungkin para cwe dengan tepuk PKK nya (hahahhaa), dan salah seorang wanita tua yang menjadi ikon desa ini.

Sungguh saya akan merindukan banyak hal, terutama keceriaan penuh canda tawa dan kehidupan yang sederhana di sana. Inilah yang akan selalu saya ingat dari KKN ini. Masa-masa ingin kembali pada 35 hari ke belakang bersama keluarga baru dengan suasana baru. Kelurga baru dengan tawa canda ceria serta kebersamaan dan kesederhanaan.
Don’t cry because it’s over. Smile because it happened. Cheer Up :D


Namun memang jalan di depan masih terhampar luas dan panjang bercabang. Hingga akhirnya sang ulat buruk rupa bermetamorfosis menjadi kupu-kupu dan akhirnya terbang tinggi tak tertangkap lagi.
‎"Some people come into our lives and quickly go. Some stay for a while, leave footprints on our hearts, and we are never, ever the same" (Flavia Weedn)


"I wanted a perfect ending.  Now I've learned, the hard way, that some poems don't rhyme, and some stories don't have a clear beginning, middle, and end.  Life is about not knowing, having to change, taking the moment and making the best of it, without knowing what's going to happen next."
"How lucky I am to have known someone who was so hard to say goodbye to."
See you GUYS..grab your future and go..
my best regards,
Dicky Maulana