Seperti biasa, bukannya tanpa alasan aku bersolek seperti ini, karena hari ini aku diundang oleh keluarga dari perempuan yang sudah sangat kukenali semenjak awal kuliah di sini yang sekarang telah menjadi kekasihku. Ini bukan kali pertama aku makan malam bersama keluarga kekasihku ini. Sudah lama aku tidak berkunjung ke rumahnya karena aku sibuk dengan sripsi yang sangat menyita waktuku.
Rasa menggebu-gebu di dada ini semakin tak terbantahkan lagi. Disambut udara sore hari dengan senja menguning, arus lalu lintas yang belum terlalu padat, aku berjalan perlahan karena takut aroma parfum import akan menguap hilang tertiup angin senja.
Rumahnya yang mungil dengan pagar minimalis, corak tembok khas minimalis, dihiasi tumbuhan berwarna-warni, dan seekor anjing kecil keturunan asli bali yang pertama kali menyambutku sore itu.
Tidak lama, muncul sesosok wanita anggun berparas cantik nan menawan dari balik pintu rumah. Dia menghampiriku dan memberiku sambutan selamat datang dan selamat akan keberhasilanku lulus tepat waktu. Tidak lama, sesosok wanita paruh baya pun menghampiriku dengan senyumannya meruh kami berdua untuk masuk ke dalam rumah mungil itu.
Sosok sang ayah yang sudah siap di meja makan langsung mempersilahkanku duduk.
Seperti biasa, obrolan penuh basa-basi keluar tanpa disadari. Acara makan-makan formal yang awalnya sangat membuatku gugup namun seiring waktu menjadi biasa.
Saat selesai makan, aku dan kekasihku menuju ayunan dibelakang rumah yang penuh dengan rumput-rumput hias dan lampu taman yang bulat memancarkan cahaya kuning menambah kehangatan malam itu.
Dia sempat bertanya, "kamu sudah lulus ya sekarang, terus setelah ini hubungan kita gimana..?"
Aku sempat terdiam untuk menjawab pertanyaannya. Ya, aku memahami keinginan dia yang notabene adalah anak semata wayang dalam keluarga ini. Hingga dia dipanggil ayahnya untuk masuk ke dalam.
Kemudian partner bicaraku pun berubah, menjadi sosok ayah yang tadi selalu diam saat kami makan malam. Tidak seperti biasanya seperti ini.
Aku dan ayah kekasihku pindah menuju halaman depan di mana di sana terdapat 2 kursi kayu coklat bergaya vintage.
Setelah obrolan panjang malam itu, ada pertanyaan yang tiba-tiba.
"kamu serius sama anakku..?!"
Lagi-lagi aku terdiam layaknya sebuah patung yang habis diukir malam itu. Dengan nada minor aku menjawab, "ya om, aku serius dengan anak om."
Kemudian dia kembali menjawab, "Lamar dia..!"
Seolah kata-kata simple itu membuatku mati kutu, BHANG..!!! apa yang harus ku jawab..?!
Dia menceritakan semuanya kepadaku. Aku yang hanya seorang fresh graduate, blm jelas masa depan apa yang aku miliki. Aku tertunduk lesu mendengar hal itu.
"iya om, aku mengerti." inilah kata-kata terakhirku di malam itu. Dan akhirnya aku berpamitan dengan hanya melihat mantan kekasihku yang sedang mengintip di balik horden putih. Aku hanya memberi senyuman singkat padanya. Hari yang membuatku bingung, apakah aku harus gembira mendengarnya atau menyesali apa yang aku dengar..
"The Ramones - Glad To See You Go"
*terima kasih untuk berbagi dan mengijinkan saya untuk menceritakan ceritamu kawan..my best regards,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar